Bab I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Setiap bangsa mempunyai hak untuk menentukan
nasibnya sendiri dan setiap bangsa mempunyai hak untuk mengatur segala aspek
kehidupan di negaranya. Tetapi, itu hanya berlaku bagi negara yang bebas atau
merdeka. Sebaliknya, bagi bangsa-bangsa yang sedang terjajah tidak akan mungkin
bisa mewujudkan harapannya untuk merdeka. Karena ini menyangkut hak kemerdekaan
negara tersebut yang kemerdekaannya dirampas oleh bangsa imperialis-kolonialis.
Oleh sebab itu banyak terjadinya perjuangan atau perlawanan para pahlawan untuk
merebut kemerdekaan bagi negaranya sendiri. Contohnya seperti bangsa kita yaitu
bangsa Indonesia yang merupakan satu dari beberapa negara yang berada di
kawasan Asia yang secara terus-menerus berjuang menghadapi para penjajah untuk
merebut kemerdekaan.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa
saja usaha dalam rangka mempersiapkan
kemerdekaan.
2.
Bagaimana rumusan Dasar Negara sebelum kemerdekaan.
3.
Apa saja persistiwa-peristiwa penting
yang terjadi di sekitar proklamasi.
4.
Bagaimana penyusunan alat kelengkapan
negara.
1.3
Tujuan
Tujuan kami
membuat karya tulis ilmiah ini adalah untuk memberikan informasi kepada
teman-teman yang belum mengetahui dan memahami bagaimana sejarah terbentuknya
negara kesatuan republik indonesia, karena di zaman yang sudah modrn ini banyak
masyarakat khususnya para remaja-remaja indonesia belum mengetahui dan memahami
mengenai peristiwa-peristiwa seputar proklamasi, proses terbentuknya negara
kesatuan indonesia, proses persiapan terbentuknya indonesia, sampai bagaimana
rakyat indonesia mempertahankan kemerdekaan indonesia. Sehingga setelah membaca
karya tulis ilmiah ini, teman-teman yang kesulitan dalam mencari informasi, lebih mengetahui dan
memahami bagaiman sejarah terbentuknya negara kesatuan republik indonesia.
1.4
Manfaat
Kita semua dapat
mengetahui seluk-beluk pada saat indonesia dijajah oleh bangsa lain seperti
belanda dan jepang dan perjuangan rakyat indonesia untuk mempertahankan negara
kesatuan indonesia, dan juga kita bisa mengetahui siapa saja tokoh-tokoh
nasional yang sudah menpersiapkan kemerdekaan indonesia mulai dari merumuskan
dasar negara sampai proses pembentukan kelengkapan negara. Sehingga setelah
kita lebih mengetahui sejarah terbentuknya negara indonesia kita bisa berupaya
untuk menghargai jasa para pahlawan dengan cara, kita ikut berpatisipasi dalam
setiap kegiatan memperingati hari-hari pahlawan. Dengan itu, artinya kita sudah
menghormati dan menghargai jasa para pahlawan yang sudah mempertahankan
indonesia. Tidak hanya itu, kita juga harus giat belajar agar tidak menjadi
bangsa yang bodoh seperti pada saat kita dijajah oleh bangsa lain. Agar kita
bisa tetap mempertahankan kemerdekaan NKRI.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pembahasan
Kedatangan
Jepang ke Indonesia mendapat sambutan hangat dari rakyat, karena Jepang
menyebut dirinya sebagai saudara tua. Mereka mengatakan bahwa kedatangannya ke
Indonesia guna membebaskan rakyat dari jajahan bangsa Eropa. Untuk mencapai
tujuannya itu, Jepang mengeluarkan propaganda gerakan 3A, yang isinya :
a.
Jepang Cahaya Asia.
b.
Jepang Pemimpin Asia.
c.
Jepang Pelindung Asia.
Dengan
propaganda gerakan 3A rakyat Indonesia simpati kepada jepang. Dan agar rakyat
Indonesia semakin percaya Jepang juga membebaskan para pemimpin Indonesia yang
ditawan Belanda. Hal ini disebabkan para petani masih menanam padi di sawahnya
masing-masing. Tetapi ketika bangsa Indonesia dijajah Jepang semua kebutuhan
pokok seperti sandang dan pangan sulit didapat.kerja paksa pada zaman jepang
dinamakan Romusha. Para Romusha tidak hanya bekerja di Indonesia, tetapi juga
ada yang dikirim ke luar negeri. Akibat tindakan kejan dan bengis dari Jepang,
rakyat Indonesia yang semula percaya kepada Jepang menjadi tidak percaya dan
benci kepada Jepang.
Penindasan yang
dilakukan Jepang kian hari makin merajarela, sehingga rakyat Indonesia bertekat
melawan Jepang. Perlawanan rakyat Indonesia sangat beragam, ada yang bergerilya
atau bergerak di bawah tanah dan ada yang melakukan perlawanan dengan menggunakan
senjata. Adanya perlawanan dari rakyat dan adanya gempuran dari sekutu membuat
kedudukan Jepang semakin lemah, khususnya di daerah Asia Tenggara. Apalagi
Pulau Saipan telah dikuasai Sekutu, yang membuat posisi Jepang semakin
terdesak. Dalam keadaan ini Jepang berusaha menarik simpati rakyat Indonesia
dengan berjanji akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia jika Rakyat
Indonesia mau membantu Jepang.
A.
Persiapan Kemerdekaan Indonesia
1.
Pembentukan Chou Sangi In
Posisi pasukan Jepang di pasifik
mulai terdesak. Untuk menarik dukungan penduduk di negara jajahan, Jepang
merencanakan memberi kemerdekaan kepada Birma dan Filipina. Rencana itu tidak
menyebut nasib Indonesia. Oleh karena itu, Ir. Soekarno dan Moh. Hatta mengajukan
protes kapada Jepang, menanggapi protes dan ancaman tokoh-tokoh nasionalis di Indonesia, pemeritah Jepang kemudian menempuh kebijaksanaan
partisipasi politik. Maksudnya, memberikan peran aktif kepada tokoh-tokoh Indonesia
di dalam lembaga pemerintahan. Untuk ini telah diambil langkah-langkah sebagai
berikut :
a.
Pembentukan
Dewan Pertimbangan Kepresidenan (Shu Sangi Kai).
b.
Tokoh-tokoh
Indonesia diangkat sebagai penasehat di berbagai departemen.
c.
Pembentukan
Dewan Pertimbangan Pusat (Chou Sangi In).
d.
Pengangkatan
orang-orang Indonesia ke dalam pemerintahan dan organisme resmi lainya.
Sebagai tindak lanjut dari rencana
tersebut, maka pada tanggal 5 September 1943, Saiko Shikikan (Kumaikici Harada)
mengeluarkan Osamu Seire No. 36 dan 37 tentang pembentukan chou sangi in dan
chou sangi kai. Hal yang boleh dibahas dalam chou sangi in antara lain :
a. Pengembangan pemerintahan militer.
b. Mempertinggi derajat rakyat.
c. Pendidikan dan penerangan.
d. Industri dan ekonomi.
e. Kemakmuran dan bantuan sosial.
f. Kesehatan.
Pada sidang Chou Sangi In, tanggal
17 Oktober 1943 dilantik secara resmi, ketua Chou Sangi In, yakni Soekarno dan
2 orang wakil ketua, yakni R.M.A.A. Kusumo Utoyo dan Dr. Buntara Bartoatmojo.
Pada tanggal 15 November 1943, delegasi Chou Sangi In yang terdiri dari Ir.
Soekarno, Moh. Hatta, dan Bagus Hadikusumo, diundang ke Jepang. Pada saat pertemuan
dangan PM Tojo, delegasi Chou Sangi In minta agar Indonesia diizinkan
mengibarkan bendera Sang Merah Putih dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia
Raya, serta mendesak agar Indonesia disatukan dalam satu pemerintahan.
Permintaan ini ditolak oleh PM Tojo. Dalam tahun 1944 Jepang makin terdesak di
dalam perang Asia Timur Raya. Kemunduran-kemunduran pasukan Jepang dan
masalah-masalah yang dihadapi menyebabkan jatuhnya kabinet Tojo. Dari segi
perjuangan untuk mencapai kemerdekaan keberadaan Chou Sangi In tidak banyak
berarti. Akan tetapi adanya badan itu semakin menambah wawasan dan pengalaman
bagi para anggota. Hal ini penting, karena para anggota Chou Sangi In umumnya
adalah para pejuang nasionalis yang bercita-cita mencapai kemerdekaan.
2. Janji Koiso
Pada awalnya
pasukan Jepang banyak mendapatkan kemenangan dalam pertempuran. Namun saat
Jepang ingin menguasai Australia, Sekutu berhasil mengalahkan Jepang dalam
pertempuran di Laut Karang pada tanggal 7 Mei 1942. Setelah pertempuran itu
kedudukan Jepang di Indonesia mulai terancam, dan Jepang berusaha memikat
rakyat Indonesia. Sebagai buktinya Jepang membentuk beberapa militer, seperti
Heik Peta, Seinendan, Keibodan, dan Fujinkai. Ternyata situasi pasukan Jepang
semakin memburuk pada bulan Juli – Agustus 1944. Hal ini menyebabkan jatuhnya
kabinet Tojo pada tanggal 17 juli 1944 dan sebagai gantinya kemudian diangkat
Jendral Kuniaki Koiso sebagai perdana menteri yang memimpin kabinet baru
(kabinet Koiso). Agar rakyat Indonesia bersedia membantu Jepang dalam perang
Pasifik, pada tanggal 7 September 1944 perdana menteri jepang Kuniaki Koiso
dalam sidang parlemen Jepang (Teikoku Gikei) ke-85 di Tokyo mengumumkan bahwa,
daerah Hindia Timur(Indonesia) diperkenankan merdeka kelak dikemudian hari.
Janji ini dikenal sebagai Janji Koiso.
3. BPUPKI
Jepang benar-benar terancam dalam
perangnya melawan Sekutu, maka pada tanggal 1 Maret 1945, Jendral Kumiaki
Harada mengumumkan pembentukan Dokuritsu Junbi Cosakai, atau Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pengurus BPUPKI terdiri
dari seorang Kaico (ketua), 2 orang Fuku Kaico (ketua muda), dan 60 orang
anggota. Pengurus BPUPKI diresmikan pada tanggal 29 April 1945. Jepang menunjuk
Radjiman Wediodiningrat sebagai ketua, semantara wakil ketua, yakni Ichi Bangasae
yang sekaligus sebagai kepala badan perundingan dan RP.Soeroso yang sekaligus
sebagai kepala sekretariat yang dibantu oleh Toyohito Masuda dan
Mr.Ag.Pringgodigdo. BPUPKI diresmikan pada tanggal 28 Mei 1945, dan peresmian
ini dilakukan pengibaran bendera Hinomaru lalu disusul pengibaran bendera Merah
Putih. Maksud dan tujuan dibentuknya BPUPKI adalah untuk mempelajari dan
menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengan pembentukan negara Indonesia.
¨ Sidang-Sidang BPUPKI
a. Sidang I
Sebagai realisasi
pelaksanaan tugas, BPUPKI kemudian mengadakan dua kali sidang. Sidang BPUPKI
satu diadakan pada tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945. Kemudian
sidang BPUPKI II diadakan pada tanggal
10 – 16 Juli 1945. Sidang-sidang BPUPKI itu untuk merumuskan UUD Negara. Sidang
pertama membahas Dasar Negara. Pada saat diadakannya sidang Radjiman Widyodiningrat
meminta pandangan dari para anggota mengenai Dasar Negara. Dari sekian
pembicara, ada tiga tokoh yang pandangannya paling dipertimbangkan, mereka
adalah: Muh. Yamin, Prof. Dr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Berikut adalah
pendapat para tokoh tersebut:
·
Pada sidang tanggal 29 Mei 1945, Muh. Yamin mengajukan 5 Rancangan Dasar Negara
Indonesia merdeka yang disebutnya Lima Asas Dasar Negara Kebangsaan Indonesia,
yaitu :
1. Peri Kebangsaan.
2. Peri Kemanusiaan.
3. Peri Ketuhanan.
4. Peri Kerakyatan.
5. Peri
Kesejahteraan Rakyat.
·
Pada tanggal 31 Mei 1945 Prof. Dr. Soepomo mengajukan lima rancangan dasar
negara Indonesia merdeka, yaitu :
1. Persatuan.
2. Kekeluargaan.
3. Mufakat dan Demokrasi.
4. Musyawarah.
5. Keadilan Sosial.
·
Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno mengajukan lima asas yang disebut dengan
pPncasila, yaitu :
1. Kebangsaan Indonesia.
2. Internasionalisme
atau Kemanusiaan.
3. Mufakat atau
Demokrasi.
4. Kesejahteraan
Sosial.
5. Ketuhanan
Yang Maha Esa.
Untuk menindak lanjuti usulan-usulan
dari sidang, BPUPKI membentuk panitia kecil yang disebut Panitia Sembilan.
Anggota Panitia Sembilan, yaitu :
1. Ir. Soekarno.
2. Drs. Moh. Hatta.
3. Mr. Mohamad Yamin.
4. Mr. Ahmad Subardjo.
5. Mr. A.A Maramis.
6. Abdul Kadir Muzakir.
7. Kh. Wachid Hasyim.
8. H. Agus Salim.
9. Abikusno Tjokrosujoso.
Pada tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan
melahirkan rumusan yang terkenal dangan nama Piagam Jakarta (Jakarta Charter).
Berikut ini isi Piagam Jakarta :
1. Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariat-syariat Islam bagi
para pemeluknya.
2. Kemanusiaan
yang adil dan beradab.
3.
Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
atau
perwakilan.
b. Sidang II
Sidang
BPUPKI yang ke-II dilaksanakan tanggal 10-16 Juli 1945 membahas tentang Dasar
Negara yang termuat dalam Piagam Jakarta. Untuk itu BPUPKI membentuk panitia
kecil beranggotakan 19 orang yang bernama Panitia Perancang UUD, yang diketahui
oleh Ir. Soekarno. Panitia kecil ini dipimpin oleh Mr. Soepomo. pada rapat
tanggal 11 Juli 1945. Panitia Perancang UUD secara bulat menerima Piagam
Jakarta sebagai isi pembukaan UUD. Dalam sidang tanggal 14 Juli 1945, BPUPKI
melanjutkan sidang untuk menerima laporan dari Panitia Perancang UUD, yaitu :
a.
Pernyataan Indonesia Merdeka.
b.
Pembukaan UUD.
c.
Batang tubuh UUD.
Sidang menyetujui
tugas laporan dari Paniti Perancang UUD
yang dilaporkan oleh Ir. Soekarno. Setelah tugas BPUPKI dipandang selesai,
BPUPKI dibubarkan pada tanggal 7 Agustus 1945 dan digantikan dengan PPKI.
3.PPKI
Jepang
semakin mengalami kemunduran dalam perang Asia Timur Raya. Pada tanggal 6
Agustus 1945, kota Hirosima dibom atom oleh Amerika Serikat. Menghadapi situasi
ini, Jendral Tarauchi menyetujui pembentukan Dokuritsu Junbi Inkai atau Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Persetujuan ini terjadi pada tanggal 7
Agustus 1945. Anggota PPKI berjumlah 21 orang Indonesia yang mewakili berbagai
daerah di Indonesia. PPKI diketuai oleh Ir. Soekarno dan wakilnya Drs.Moh. Hatta,
sedangkan penasehatnya adalah Mr. Ahmad Soebardjo. Untuk kepentingan peresmian
dan pelantikan PPKI, Jendral Tarauchi, pada tanggal 9 Agustus 1945 memanggil
Ir. Soekarno, Drs.Moh. Hatta, dan Radjiman Widyodiningrat untuk pergi ke Dalat
(Vietnam). Di Dalat, Jendral Tarauchi menyampaikan bahwa pemerintah
kemaharajaan Jepang memutuskan untuk menyerahkan kemerdekaan kepada Indonesia.
Untuk melaksanakannya telah dibentuk PPKI. Selama masa tugasnya PPKI mengadakan
sidang sebanyak tiga kali, yaitu :
v Sidang
PPKI I tanggal 18 Agustus 1945 :
a. Mengesahkan
Rancangan UUD sebagai UUD Negara RI.
b. Memilih Ir.
Soekarno sebagai presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil.
c. Untuk sementara
waktu presiden dibantu oleh Komite Nasional Indonesia.
v Sidang
PPKI II tanggal 19 Agustus 1945 :
a. Menetapkan wilayah
Indonesia menjadi 8 provinsi dan menunjuk
gubernurnya.
b. Menetapkan 13
kementrian.
c. Mengusulkan
dibentuknya tentara kebangsaan.
d. Pembentukan
Komite Nasional di setiap Provinsi.
v Sidang
PPKI III tanggal 22 Agustus 1945 :
a. Dibentuknya
Komite Nasional.
b. Dibentuknya
Partai Nasional Indonesia.
c. Dibentuknya
Badan Keamanan Rakyat.
PPKI
telah selesai melaksanakan tugasnya pada tanggal 22 Agustus 1945, namun PPKI baru
dibubarkan pada tanggal 29 Agustus 1945 bersamaan dengan pelantikan anggota
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
B. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
I. Peristiwa Rengasdengklok
Menyerahnya
Jepang kepada Sekutu memunculkan perbedaan pendapat di antara tokoh pejuang Indonesia.
Golongan muda segera menemui Bung Karno dan Bung Hatta di Jln. Pegangsaan Timur
56 Jakarta. Golongan muda mendesak agar Indonesia segera memproklamasikan
kemerdekaan. Namun, Bung Karno dan Bung Hatta sependapat bahwa mereka tidak
dapat memproklamasikan kemerdekaan tanpa mermusyawarah dengan PPKI. Kekalahan Jepang
ternyata tidak lantas memunculkan kesamaan pandangan nasib Indonesia. Justru
memunculkan perbedaan pendapat antara golongan tua dan muda. Golongan tua
memiliki kecendrungan untuk menyesuaikan diri dengan janji Jepang dalam
kemerdekaan Indonesia. Sementara itu kaum muda menghendaki kemerdekaan
dilaksanakan secepatnya. Akibat perbedaan pendapat tersebut, maka pada tanggal
16 Agustus 1945 Bung Karno dan Bung Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang.
Tujuanya untuk mengamankan kedua tokoh pemimpin tersebut agar tidak mendapat
pengaruh dari Jepang. Sementara itu di Jakarta terjadi perundingan antara para
pemuda dengan Mr. Ahmad Subardjo untuk membawa kembali Soekarno-Hatta ke Jakarta.
Mr. Ahmad Subardjo memberi jaminan kapada kaum muda bahwa Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia akan dilakukan pada tanggal 17 Agustus 1945. Subeno
sebagai Kompi tentara PETA bersedia melepas Soekarno-Hatta dan langsung kembali
ke Jakarta.
II. Kronologi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
1. Perumusan
Teks Proklamasi
Rombongan
Soekarno-Hatta tiba di Jakarta pada tanggal 16 Agustus 1945 sekitar pukul
23.30. Mereka kemudian berkumpul di Jalan Imam Bonjol No.1 di rumah Laksamana
Muda Maeda. Dalam pertemuan di rumah Laksamana Muda Maeda, disepakati agar
Soekarno-Hatta menemui Mayor Jendral Nishimura yang menjabat sebagai kepala pemerintahan
umum angkatan darat Jepang, untuk menjajaki sikap resmi Jepang terhadap rencana
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Ternyata Nishimura tetap memegang teguh
tugasnya menjaga status Qua di Indonesia, dengan dengan pengertian tidak melakukan
perubahan apapun. Akhirnya Soekarno-Hatta kembali ke rumah Muda Maeda dan
mengadakan partemuan dengan hasil keputusan Proklamasi Kemerdekaan akan tetap
dilaksanakan tanpa persetujuan jepang. Perumusan naskah Proklamasi selanjutnya
disusun oleh Ir. Soekarno, Drs.Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Subardjo. Mr. Ahmad
Subardjo menulis teks Proklamasi yang terdiri dari 2 kalimat yang berbunyi
“kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia”. Drs.Moh. Hatta
menyempurnakan dengan kalimat “hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan
lain-lain diselenggarakan dengan cara saksama dalam tempo yang
sesingkat-singkatnya”. Teks Proklamasi yang telah selesai diserahkan kapada
Sayuti Melik untuk diketik, dengan beberapa perubahan dari hasil tulisan tangan
Soekarno sebagai konsep, yaitu :
1. Kata “tempoh”
diubah menjadi “tempo”.
2. Kata
“wakil-wakil bangsa Indonesia” diubah menjadi “atas nama bangsa
Indonesia”.
3. Tulisan “Djakarta,
17-8-05” diubah menjadi “Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen
05”.
Naskah Proklamasi yang diketik
oleh Sayuti Melik inilah yang dianggap naskah yang otentik.
Berikut adalah teks proklamasi
yang diketik oleh Sayuti Melik:
PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekuasaan
d.l.l.,diselenggarakan
dengan tjara
seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno/Hatta
2. Detik-detik
menjelang Proklamasi
Pembacaan
teks Proklamasi kemerdekaan diselenggarakan di rumah Soekarno di Jalan
Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta. Demi keamanan saat pelaksanaan pembacaan
Proklamasi Kemerdekaan, maka dikerahkan pasukan PETA di bawah pimpinan Shodanco
Latief Hendraningrat dan Arifin Abdurahman. Setelah setelah semua pihak yang
dianggap berkepentingan datang, maka proses Proklamasi pun dilaksanakan. Hari
jum’at tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00, Ir. Soekarno didampingi oleh
Drs.Moh. Hatta memproklamasikan kamerdekaan Indonesia. Peristiwa itu terjadi di
Jalan Pegangsaan Timur No.56 Jakarta. Setelah pembacaan teks Proklamasi, dilaksanakan
pengibaran bendera Merah Putih oleh S. Suhud dan Latief Hendraningrat, dengan diiringi lagu
kebangsaan Indonesia Raya ciptaan Wr. Supratman. Kemudian dilanjutkan oleh
sambutan dari walikota Suwirjo dan Murwardi.
III. Proses Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan
Meskipun
hanya berlangsung singkat, namun peristiwa proklamasi kemerdekaan mengandung
arti yang sangat penting dan membawa perubahan yang sangat besar dalam
kehidupan bangsa Indonesia, yaitu :
1. Proklamasi merupakan puncak
perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai
kemerdekaan.
2. Dengan Proklamasi berarti
bangsa Indonesia mendapat kebebasan untuk menentukan
nasibnya sendiri sebagai bangsa yang
berdaulat.
3. Proklamasi merupakan jembatan
emas untuk menuju masyarakat yang adil dan makmur.
·
Proses Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan
Pada
tanggal 17 Agustus 1945, teks Proklamasi kemerdekaan telah sampai ke tangan
Waidan B. Palenewen. Ia adalah kepala bagian radio kantor Domei. Sekitar pukul
18.30 WIB, wartawan Domei yang bernama Syarifudin berhasil masuk ke gedung
siaran radio Hoso Kanzi Kyoko (KRI), untuk menyampaikan teks Proklamasi.
Penyiaran Proklamasi kemerdekaan menyebabkan stasiun radio ditutup oleh Jepang.
Meskipun demikian, para pemuda tetap bertekad menyiarkan berita Proklamasi
kemerdekaan. Mereka menciptakan pemancar baru di Menteng 31. Berita Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia juga disebarluaskan melalui media surat kabar / pers.
“Harian Suara Asia” di Surabaya adalah koran pertama yang menyiarkan Proklamasi.
Para pejuang yang berjuang lewat pers antara lain, BM Diah, Sukarjo
Wiryopranoto, Iwa Kusumo Sumantri, Ki Hajar Dewantoro, Otto Iskandar Dinata,
dll. Usaha-usaha lain untuk menyebarkan kemerdekaan berita Proklamasi adalah
melalui penyebaran dan pemasangan pamlet, plakat, poster, dan coret-coretan
pada tembok. Dengan demikian dalam waktu yang tidak lama berita Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia segera tersebar ke seluruh Indonesia dan ke luar negeri.
IV. Proses Pembentukan Negara dan Pemerintahan Indonesia
Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, merupakan langkah
awal mewujudkan cita-cita kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Hal ini
dimaksudkan untuk menata tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada
tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
mengadakan rapat pleno yang membahas penetapan alat kelengkapan bernegara.
Ø Sidang pertama PPKI tersebut dilaksanakan di Jalan
Pejabon, Jakarta. Hasil rapat ini menghasilkan keputusan penting sebagai syarat
terbentuknya sebuah negara dan pemerintahan. Keputusan tersebut adalah :
1. Mengesahkan
UUD,
Undang-undang
dasar ini merupakan hasil dari BPUPKI 10-16 Juli 1945, yang masih berupa
Rancangan UUD. Dalam sidang PPKI tanggal
18 Agustus 1945 diadakan beberapa perubahan, yaitiu :
a.
Sila pertama Pancasila menyatakan bahwa
“berdasarkan kepada Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat bagi
pemeluk-pemeluknya”, diubah menjadi “berdasarkan kepada Ketuhanan YME.”
b.
Bab III pasal 6 menyatakan bahwa
“Presiden ialah orang Indonesia asli yang beragama Islam”, diubah menjadi
“Presiden ialah orang Indonesia asli.”
2. Memilih
Presiden dan Wakil Presiden,
Dalam
sidang PPKI, Otto Iskandardinata mengusulkan pada sidang agar pemilihan
presiden dan wakil presiden dilakukan secara aklamasi. Ia mengajukan calon Ir.
Soekarno dan Drs. Moh. Hatta, semua anggota sidang menerima secara aklamasi.
3. Sementara
Waktu Presiden dibantu oleh Komite Nasional
Ø Sehari setelah
sidang pertama, PPKI pada tanggal 19 Agustus 1945 mengadakan rapat pleno kedua.
Keputusan yang dihasilkan saat itu, antara lain sebagai berikut :
1.
Menetapkan Susunan Kementrian :
Hasil
rapat dari panitia kecil yang terdidri dari Ahmad Subardjo, Kasman Singodimedjo,
dan Sutardjo Kartohadikusumo tentang susunan kementrian akhirnya dibahas dalam
rapat pleno kedua. Rapat pleno berhasil menyusun kementrian kabinet presidensil
dengan 12 menteri yang memimpin departemen dan 4 menteri negara. Hanya berselah
sekitar 3 bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan tatanan pemerintahan berubah
dari Presidensil menuju Parlementer. Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
yang semula berfungsi sebagai pembantu presiden, namun sejak tanggal 16 Oktober
1945 berfungsi sebagai badan Legislatif. Perubahan yang ditandai dengan
keluarnya maklumat pemerintah pada tanggal 3 November dan maklumat presiden
bernomor X yang menjelaskan tentang pendiria partai politik.
2.
Menetapkan Pembagian Wilayah Propinsi
Wilayah
Indonesia berdasarkan hasil sidang kedua
PPKI, tanggal 19 Agustus 1945 ditetapkan menjadi 8 Propinsi setiap Propinsi
diketuai seorang gubernur.
Delapan Propinsi
yang dibentuk yakni :
NO
|
PROPINSI
|
GUBERNUR
|
1
|
Sumatra
|
Teuku Muhammad Hasan
|
2
|
Jawa Barat
|
Sutarjo Kartohadikusumo
|
3
|
Jawa Tengah
|
R. Panji Soeroso
|
4
|
Jawa Timur
|
R.A. Soerjo
|
5
|
Sunda Kecil
|
I Gusti Ketut Pudja
|
6
|
Maluku
|
J. Latuhar Hary
|
7
|
Sulawesi
|
Dr.G.S.S.J Ratulangi
|
8
|
Kalimantan
|
Ir. Pangeran Mohammad Noor
|
Ø Dalam
sidang PPKI yang ke tiga tanggal 22 Agustus 1945 dibentuk tiga badan, yaitu :
1.
Komite Nasional Indonesia (KNI),
Tanggal 22 Agustus 1945, PPKI mengadakan rapat pleno
dipimpin oleh wakil presiden Moh. Hatta. Salah satu hasil rapat pleno, yakni
terbentuknya Komite Nasional Indonesia (KNI) di seluruh Indonesia dan berpusat
di Jakarta. Komite Nasional Indonesia (KNI) diresmikan pada tanggal 29 Agustus
1945. KNIP berfungsi sebagai DPR sebelum pemilu diselenggarakan. KNI terbagi
dua, pada tingkat pusat disebut KNIP, dan pada tingkat daerah disebut KNID.
KNIP diketuai oleh Kasman Singodimedjo.
2.
Partai Nasional (PNI), merupakan satu-satunya partai di Indonesia.
3. Badan
Keamanan Rakyat,
Pada tanggal 23 Agustus 1945, presiden Soekarno
menyampaikan pidato radionya yang menyatakan berdirinya BKR, PNI, dan KNIP. BKR
ditugaskan untuk memelihara keselamatan dan keamanan rakyat. Anggota BKR
terdiri dari : Bekas BKR, KNIL, HEIHO, SANENDAN, KEIBODAN, dan KEISATSUTA.
Keberadaan BKR ternyata tidak mampu memberikan rasa keamanan dan keselamatan
sepenuhnya bagi rakyat. Pada tanggal 5 Oktober 1945, pemerintah RI mengeluarkan
maklumat tentang pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada tanggal 5 Oktober
1945. Pemimpin tertinggi TKR ialah Supriyadi (pemimpin pemberontakan PETA di Blitar),
dan kepala staf umum ialah Oerip Soemohardjo. Berhubung Supriyady tidak diketahui
keberadaannya, maka jabatan pemimpin tertinggi TKR kosong. Pada bulan November
1945 diselenggarakan konferensi TKR yang dihadiri oleh wakil-wakil TKR. Akhirnya
terpilih kolonel Soedirman, Panglima Divisi V / Bayumas, yang pada saat itu
bertempur di Ambarawa. Sesudah diangkatnya Soedirman sebagai Panglima Besar
TKR, pada tanggal 1 Januari 1946 Tentara Keamanan Rakyat diubah manjadi Tentara
Keselamatan Rakyat tanggal 26 Januari 1946 TKR diubah menjadi Tentera Republik
Indonesia (TRI). Pada tannggal 3 Juni 1947 dikeluarkan penetapan presiden,
yaitu : TRI, badan perjuangan dan laskar-laskar disatukan dalam organisasi yang disebut Tentara Nasional
Indonesia (TNI), maka pada tanggal 3 Juni 1947 disahkan berdirinya TNI.
C. Dukungan
Rakyat Terhadap Proklamasi Kemerdekaan dan Tindakan-tindakan Heroik
I. Rapat Raksasa
di Lapangan Ikada
Atas prakarsa Komite Van Aksi rakyat Jakarta
akhirnya mengadakan Rapat raksasa di Lapangan Ikada tanggal 19 September 1945. Tapi,
karena penjagaan tentara Jepang sangat ketat, maka rapat hanya berlangsung
singkat. Kegiatan yang dipelopori oleh para pemuda yang tergabung dalam Komite
Van Aksi itu bertujuan untuk mendengarkan pidato politik Ir. Soekarno sekaligus
mamberikan dukungan terhadap kemerdekaan Indonesia.
Inti dari pidato Presiden Soekarno dalam Rapat di
Lapangan Ikada antara lain :
1. Meminta
dukungan dan kepercayaan rakyat terhadap pemerintahan Republik Indonesia.
2. Meminta
rakyat untuk mematuhi kebijakan-kebijakan pemerintah dangan disiplin.
3. Memerintahkan
rakyat segera meninggalkan Lapangan Ikada dengan tertib dan tidak melakukan
hal-hal yang bersifat merusak maupun menimbulkan bentrokan dengan pihak Jepang.
II. Dukungan Sri
Sultan Hamengku Buwono IX
Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII
dari Yogyakarta merupakan tokoh pertama yang memberi ucapan selamat atas terselenggaranya
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 5 September 1945, di Yogyakarta
Sri Sultan Hamengku Buwono IX menyatakan dukungan terhadap Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia. Adapun isi dari pernyataannya adalah :
1. Kesultanan
Yogyakarta adalah Kerajaan yang merupakan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di
wilayah Negara Republik Indonesia.
2. Sri
Sultan Hamengku Buwoni IX sebagai kepala daerah memegang kekuasaan pemerintahan
di Daerah Kesultanan Yogyakarta.
3. Kesultanan
Yogyakarta mempunyai hubungan langsung dengan pemerintah pusat Republik Indonesia.
III. Dukungan
Rakyat Dari Berbagai Daerah
Bentuk nyata perjuangan dan dukungan rakyat terhadap
kemerdekaan Indonesia di uji dengan kedatangan pasukan Sekutu yang bernama
AFNEI (Allied Forces Netherlands Indies). Kedatangan pasukan AFNEI ke Indonesia
ternyata diboncengi pasukan NICA Belanda yang mempunyai keinginan untuk menduduki
kembali Indonesia. Akibatnya terjadi pertempuran antar rakyat Indonesia dengan
pihak Sekutu maupun NICA Belanda. Sementara di pihak lain, rakyat Indonesia tidak
mau kehormatan negara dan bangsanya yang sudah merdeka diinjak-injak kembali
oleh bangsa asing.
Ø
Dukungan Rakyat di Jakarta
Antara tanggal 3-11 September 1945, pemuda di Jakarta
mengambil alih kekuasaan atas sistem kereta api, trem listrik, dan stasiun
pemancar radio tanpa mendapat perlawanan dari Jepang. Gerakan pertama yang
dilakukan Angkatan Muda Kepolisian RI dengan semua kantor dan asrama polisi
dari kepolisian Jepang.
Ø
Dukungan Rakuat di Jawa Barat
Di Bandung teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia disiarkan secara luas oleh radio Hoso Kyuko. Bahkan
teks Proklamasi Kemerdekaan juga disiarkan dalam bahasa Inggris sehingga
diketahui oleh orang-orang asing yang tinggal di Bandung dan kota-kota lainnya
di Jawa Barat. Radio Hoso Kyuko di Bandung dalam siarannya menggunakan nama
radio Republik Indonesia Bandung.
Setelah ditetapkan sebagai gubernur Jawa Barat,
Sutardjo Kartohadikusumo segera membentuk pemerintahan nasional. Bersama R.
Puradireja dan Otto Iskandardinata, segera membentuk Komite Nasional Indonesia
Daerah dan Badan Keamanan Rakyat. Sebagai bangsa yang baru merdeka dan terancam
oleh kekuatan asing, maka rakyat Jawa Barat segera membentuk barisan-barisan
kelaskaran dengan berbagai nama, antara lain Hisbullah, Barisan Merah Putih, Barisan
Benteng Republik Indonesia, dan Laskar Wanita Indonesia. Sementara, pasukan
Sekutu sibik melucuti tentara Jepang, pasukan Belanda dan NICA sibuk pula
menyusun pemerintahan kolonialnya.
Ø
Dukungan Rakyat di Sulawesi
Di Sulawesi, gubernur Propinsi Sulawesi, Dr.
G.S.S.J. Sam Ratulangi mendapat tugas untuk menyusun pemerintahan dan
menyampaikan berita Proklamasi ke seluruh Sulawesi. Rakyat Sulawesi setelah
mendengar berita Proklamasi Kemerdekaan RI, segera membentuk barisan-barisan
perjuangan, antara lain Pembela Keamanan Rakyat, Gerakan Pemuda Merah Putih.
Pertempuran antara pejuang-pejuang Kemerdekaan dan pasukan Belanda. Pembunuhan
massal terjadi di mana-mana, keadaan ini mendorong para pemuda asal Sulawesi
yang beradu di pulau Jawa kembali ke Sulawesi untuk membantu pergerakan
setempat dalam pempertahankan kemerdekaan dan memulihkan ketentraman di Sulawesi.
Ø
Dukungan Rakyat di Jawa Timur
Di Jawa Timur, gubernur Surjo segera membentuk
Komite Nasional Indonesia. Para tokoh KNI daerah Surabaya kemudian membentuk
pemerintahan daerah dan Badan Keamanan Rakyat. Pembentukan pemerintahan daerah
menimbulkan sengketa dengan pihak Jepang. Akibatnya pertumpahan darah antara
Jepang dan arek-arek Suroboyo yang berusaha
merebut persenjataan jepang tidak terhindarkan. Pada tanggal 25 Oktober 1945,
dua perwira utusan Brigjen Mallaby menemui menemui gubernur Surojo. Mereka
memaksa gubernur menghadap ke kapal perang Sekutu yang saat itu berlabuh di
pelabuhan Tanjung Perak. Perintah ini ditiolak dengan tegas. Penolakan ini
ternyata berkelanjutan dengan pendaratan pasukan Sekutu dan Belanda dengan maksud untuk merebut
kekuasaan di kota Surabaya.
Ø
Dukungan Rakyat di Sumatra
Pada tanggal 19 Agustus 1945 sebelumnya Mr. Teuku Mohammad
Hasan dilantik sebagai gubernur Propinsi sumatra dengan tugas membentuk Komite
Nasional di daerah-daerah. Oleh sebab itu, ia mengundang tokoh-tokoh masyarakat
yang ada di Medan untuk bermusyawarah. Sementara itu, masyarakat Sumatra
terutama para pemuda segera mengadakan pertemuan di Jalan Fuji Dori No.6
(sekarang Jalan Imam Bonjol). Pertemuan di Fuji Dori itu kemudian dilanjutkan
dengan pertemuan di Jalan Ampelas. Di tempat itu, para pemuda dan pemuka
masyarakat mengikrarkan Proklamsi Kemerdekaan RI. Dukungan rakyat Medan
terhadap pembentukan negara dan pemerintahan RI ditunjukkan dengan pengibaran
bendera Merah Putih di Lapangan Esplanade (Lapangan Merdeka). Sekitar Bulan Oktober
sampai Desember 1945, Sumatra Utara diliputi gejolak suasana perjuangan dalam
rangka pengambilalihan persenjataan dari tangan Jepang. Akibat dari situasi
inilah terjadinya pertumpahan darah di berbagai tempat.
Di Aceh, Teuku Nyak Arief memanggil sejumlah perwira
Gyugun dan meminta membentuk tentara di seluruh Aceh. Setelah mengadakan
beberapa kali pertemuan, pada tanggal 27 Agustus 1945, terbentuklah Angkatan
Pemuda Indonesia (API). Setelah diresmikan pada tanggal 12 Oktober 1945, API
mengeluarkan seruan yang isinya, antara lain:
a)
API akan menjadi dasar pembentukan
Tentara Republik Indonesia.
b)
API siap untuk mempertahankan
Kemerdekaan RI.
c)
API akan menjaga keamanan dan ketertiban
umum.
Untuk
itu, API menghimbau semua pihak untuk bahu membahu berkorban untuk bangsa dan
negara. Menghadapi seruan API, pihak Jepang lalu mengundang sejumlah pemuka Aceh
untuk membicarakan masalah tanggung jawab pemerintahan di Aceh menyusul
kapitulasi Jepang pada Sekutu. Penguasa Jepang meminta agar rakyat Aceh tidak
melakukan kegiatan apapun. Menanggapi hal itu, pimpinan API mengatakan, karena
Indonesia telah merdeka, maka rakyat hanya mau tunduk terhadap Presiden RI,
seperti halnya Jepang tunduk kepada Tenno Heika. Akibatnya pertemuan tersebut
bubar tanpa hasil.
Ø
Dukungan Rakyat di Bali
Setelah mendengar berita Proklamasi Kemerdekaan,
para pemuda segera menyebarluaskan berita tersebut dan mengibarkan Bendera
Merah Putih. Sesuai dengan maklumat pemerintah RI tanggal 5 Oktober, di
bentuklah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang berkedudukan di Denpasar. Pada
saat itu persenjataan TKR sangat terbatas sehingga diadakan perundingan dengan
pihak Jepang untuk memberikan senjatanya kepada pihak TKR. Permintaan ini
ditolak, sehingga diputuskan menyerang semua daidan dari Jepang. Pada tanggal
13 Desember 1945, TKR Sunda Kecil melakukan serangan, tetapi dapat dipukul
mundur oleh pihak Jepang. Kegagalan ini tidak membuat TKR Sunda Kecil putus
harapan, dalam pertemuan diputuskan untuk mengirim utusan ke Jawa untuk meminta
bantuan senjata dan mengadakan konsolidasi TKR di Bali.
Ø
Dukungan Rakyat di Maluku
Di Maluku, Proklamasi Kemerdekaan RI disambut oleh
rakyat Maluku dengan semangat juang yang membara. Pejuang-pejung dan pemuda
Maluku yang berada di Pulau Jawa mengorganisasi suatu ekspedisi kembali ke
Maluku untuk menegakkan Proklamasi 17 Agustus 1945. Ekspedisi yang dikenal dengan nama “Ekspedisi Merah Putih”. Rombongan
ekspedisi mendarat di Pulau Baru. Di sana mereka menggerakkan perlawanan rakyat
dan mengibarkan sang Merah Putih.
Sementara itu di kota Ambon, berita Proklamasi Kemerdekaan
RI disambut oleh tokoh-tokoh pergerakan dan pemuda dengan membentuk wadah-wadah
perjuangan. Tokoh PIM lainnya, Wim Peawaru segera membentuk laskar rakyat yang
terdiri dari anggota-anggota PIM. Keadaan pejuang dari pulau Jawa, seperti M.
Ruhupatti, ikut pula meningkatkan semangat perjuangan mempertahankan
kemerdekaan, sehingga di seleruh daerah maluku bangkit pejuang-pejuang bangsa.
IV.
Tindakan-tindakan Heroik
Tindakan heroik diambil oleh bangsa Indonesia sesuai
dengan perintah Proklamasi, secara spontan rakyat Indonesia mengadakan tindakan
mengambil alih kekuasaan dari tangan Jepang, baik secara damai maupun kontak
senjata. Tujuan bangsa indonesia melucuti Jepang adalah, sebagai berikut :
a) Untuk
mendapatkan senjata sebagai modal perjuangan selanjutnya.
b) Untuk
mencegah agar senjata Jepang tidak jatuh ketangan Sekutu.
c) Untuk
mencegah agar senjata jepang tidak digunakan Jepang untuk membunuh rakyat.
Adapun berbagai tindakan heroik dalam mendukung
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, adalah sebagai berikut :
a. Di Jakarta,
para pemuda menyerbu gudang senjata milik Jepang.
b. Di Bandung,
para pemuda berhasil merebut sembilan buah panser Jepang dan merampas senjata
di gudang dan pabrik milik Jepang.
c. Di
Bogor, para pemuda melucuti Jepang.
d. Di
Surabaya, tanggal 9 September 1945 tentara NICA menurunkan bendera Merah Putih,
dan diganti dengan bendera Belanda di Hotel Yamato. Sehingga, para pemuda
menurunkan bendera dengan merobek warna biru kemudian dikibarkan kembali.
e. Di Yogyakarta,
rakyat memaksa pihak Jepang menyerahkan semua kantor kepada orang Indonesia.
f.
Di Semarang, terjadi pertempuran Lima Hari
yang terjadi pada tanggal 14-19 Oktober 1945.
g. Pertempuran
Krueng Panjo di Aceh, tanggal 24 November 1945.
h. Perebutan
pangkalan udara Bugis (sekarang Abdul Rahman Saleh di Malang) pada tanggal 18 September
1945.
i.
Pertempuran Cibadak, tanggal 9 Desember
1948.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Setelah membuat
karya tulis ilmiah ini kami mendapat kesimpulan bahwa, perjuangan bangsa
indonesia untuk mencapai suatu kemerdekaan telah melalui proses yang sangat
panjang. Perjuangan rakyat indonesia untuk mencapai suatu kemerdekaan dimulai
dari proses merumuskan undang-undang dasar negara, hingga akhirnya bangsa
indonesia menproklamasikan kemerdekaan negara indonesia. Puncak perjuangan
bangsa indonesia terjadi pada 17 agustus 1945, dimana bangsa indonesia
memproklamasikan diri sebagai bangsa merdeka yang membuktikan bahwa sejak itu
bangsa indonesia bebas dari jajahan bangsa-bangsa penjajah. setelah bangsa
indonesia memproklamasikan kemerdekaan, proses penyebaran berita proklamasi
kemerdekaan dilakukan melalui berbagai radio maupun surat kabar, proses penyebaran
berita proklamasi sangat cepat hingga ke seluruh penjuru dunia. Sehingga
kemerdekaan bangsa indonesia terdengar ke telinga bangsa belanda. Namun,
belanda ternyata tidak menginginkan bangsa indonesia merdeka. Mereka berusaha
untuk kembali menjajah bangsa indonesia. Mereka memboncengi tentara sekutu yang
datang untuk melucuti tentara jepang. Sehingga, terjadilahr perlawanan yang
dilakukan rakyat terhadap belanda dan sekutu di berbagai daerah. Karena, sudah
puluhan bahkan ratusan tahun bangsa indonesia berjuang untuk mencapai
kemerdekaan, dan akhirnya kemerdekaan yang dicita-citakan dapat diwujudkan.
Namun, baru saja kita menikmati kemerdekaan yang telah kita peroleh sudah mau
direbut oleh bangsa lain, maka dari itu bangsa indonesia ingin mempertahankan
kemerdekaan NKRI.
3.2 Saran-saran
Sekarang ini kita hidup di zaman kemerdekaan. Hidup
di zaman kemerdekaan artinya tidak lagi dijajah oleh bangsa asing. Kemerdekaan
yang kita nikmati ini adalah hasil dari perjuangan para tokoh bangsa. Karena,
kemerdekaan tidaklah datang dengan sendirinya, tetapi kemerdekaan memerlukan
perjuangan yang keras dan panjang. Adapun, jasa para tokoh pahlawan dalam
mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, itu semua harus kita hormati dan kita
hargai. Dengan cara, kita harus selalu ikut serta dalam kegiatan hari-hari besar
pahlawan dan mendoakan agar para pahlawan diterima disisinya. Tanpa jasa mereka
tidak mungkin kita dapat menikmati kemerdekaan seperti sekarang ini. Maka dari
itu, kita sebagai generasi penerus bangsa senantiasa bisa mencontoh pengorbanan
mereka, dan kita harus bisa berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Agar
dikemudian hari kita tidak dijajah oleh bangsa asing lagi.
Daftar Pustaka
Derta arimbawa, suardana,
sujarwa. 2012. LKS IPS Terpadu Semester Genap Kelas VIII. Denpasar: UD. Catur
Wangsa Mandiri.
Nurani, Subali, Sumarwati. 2009.
LKS Ilmu Pengetahuan Sosial Semester Genap Kelas V. Denpasar: CV. Dwi Jaya
Mandiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar