Rabu, 25 Februari 2015

MAKALAH : Terbentuknya Negara Indonesia

 Bab I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang Masalah
Setiap bangsa mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan setiap bangsa mempunyai hak untuk mengatur segala aspek kehidupan di negaranya. Tetapi, itu hanya berlaku bagi negara yang bebas atau merdeka. Sebaliknya, bagi bangsa-bangsa yang sedang terjajah tidak akan mungkin bisa mewujudkan harapannya untuk merdeka. Karena ini menyangkut hak kemerdekaan negara tersebut yang kemerdekaannya dirampas oleh bangsa imperialis-kolonialis. Oleh sebab itu banyak terjadinya perjuangan atau perlawanan para pahlawan untuk merebut kemerdekaan bagi negaranya sendiri. Contohnya seperti bangsa kita yaitu bangsa Indonesia yang merupakan satu dari beberapa negara yang berada di kawasan Asia yang secara terus-menerus berjuang menghadapi para penjajah untuk merebut kemerdekaan.











1.2 Rumusan Masalah
1.       Apa saja  usaha dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan.
2.      Bagaimana  rumusan Dasar Negara sebelum kemerdekaan.
3.      Apa saja persistiwa-peristiwa penting yang terjadi di sekitar proklamasi.
4.      Bagaimana penyusunan alat kelengkapan negara.



1.3 Tujuan  
Tujuan kami membuat karya tulis ilmiah ini adalah untuk memberikan informasi kepada teman-teman yang belum mengetahui dan memahami bagaimana sejarah terbentuknya negara kesatuan republik indonesia, karena di zaman yang sudah modrn ini banyak masyarakat khususnya para remaja-remaja indonesia belum mengetahui dan memahami mengenai peristiwa-peristiwa seputar proklamasi, proses terbentuknya negara kesatuan indonesia, proses persiapan terbentuknya indonesia, sampai bagaimana rakyat indonesia mempertahankan kemerdekaan indonesia. Sehingga setelah membaca karya tulis ilmiah ini, teman-teman yang kesulitan dalam  mencari informasi, lebih mengetahui dan memahami bagaiman sejarah terbentuknya negara kesatuan republik indonesia.



1.4 Manfaat
Kita semua dapat mengetahui seluk-beluk pada saat indonesia dijajah oleh bangsa lain seperti belanda dan jepang dan perjuangan rakyat indonesia untuk mempertahankan negara kesatuan indonesia, dan juga kita bisa mengetahui siapa saja tokoh-tokoh nasional yang sudah menpersiapkan kemerdekaan indonesia mulai dari merumuskan dasar negara sampai proses pembentukan kelengkapan negara. Sehingga setelah kita lebih mengetahui sejarah terbentuknya negara indonesia kita bisa berupaya untuk menghargai jasa para pahlawan dengan cara, kita ikut berpatisipasi dalam setiap kegiatan memperingati hari-hari pahlawan. Dengan itu, artinya kita sudah menghormati dan menghargai jasa para pahlawan yang sudah mempertahankan indonesia. Tidak hanya itu, kita juga harus giat belajar agar tidak menjadi bangsa yang bodoh seperti pada saat kita dijajah oleh bangsa lain. Agar kita bisa tetap mempertahankan kemerdekaan NKRI. 
BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Pembahasan
Kedatangan Jepang ke Indonesia mendapat sambutan hangat dari rakyat, karena Jepang menyebut dirinya sebagai saudara tua. Mereka mengatakan bahwa kedatangannya ke Indonesia guna membebaskan rakyat dari jajahan bangsa Eropa. Untuk mencapai tujuannya itu, Jepang mengeluarkan propaganda gerakan 3A, yang isinya :
a.       Jepang Cahaya Asia.
b.      Jepang Pemimpin Asia.
c.       Jepang Pelindung Asia.
Dengan propaganda gerakan 3A rakyat Indonesia simpati kepada jepang. Dan agar rakyat Indonesia semakin percaya Jepang juga membebaskan para pemimpin Indonesia yang ditawan Belanda. Hal ini disebabkan para petani masih menanam padi di sawahnya masing-masing. Tetapi ketika bangsa Indonesia dijajah Jepang semua kebutuhan pokok seperti sandang dan pangan sulit didapat.kerja paksa pada zaman jepang dinamakan Romusha. Para Romusha tidak hanya bekerja di Indonesia, tetapi juga ada yang dikirim ke luar negeri. Akibat tindakan kejan dan bengis dari Jepang, rakyat Indonesia yang semula percaya kepada Jepang menjadi tidak percaya dan benci kepada Jepang.
Penindasan yang dilakukan Jepang kian hari makin merajarela, sehingga rakyat Indonesia bertekat melawan Jepang. Perlawanan rakyat Indonesia sangat beragam, ada yang bergerilya atau bergerak di bawah tanah dan ada yang melakukan perlawanan dengan menggunakan senjata. Adanya perlawanan dari rakyat dan adanya gempuran dari sekutu membuat kedudukan Jepang semakin lemah, khususnya di daerah Asia Tenggara. Apalagi Pulau Saipan telah dikuasai Sekutu, yang membuat posisi Jepang semakin terdesak. Dalam keadaan ini Jepang berusaha menarik simpati rakyat Indonesia dengan berjanji akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia jika Rakyat Indonesia mau membantu Jepang.   
 A. Persiapan Kemerdekaan Indonesia    
1. Pembentukan Chou Sangi In
Posisi pasukan Jepang di pasifik mulai terdesak. Untuk menarik dukungan penduduk di negara jajahan, Jepang merencanakan memberi kemerdekaan kepada Birma dan Filipina. Rencana itu tidak menyebut nasib Indonesia. Oleh karena itu, Ir. Soekarno dan Moh. Hatta mengajukan protes kapada Jepang, menanggapi protes dan ancaman tokoh-tokoh nasionalis di Indonesia,  pemeritah Jepang kemudian menempuh kebijaksanaan partisipasi politik. Maksudnya, memberikan peran aktif kepada tokoh-tokoh Indonesia di dalam lembaga pemerintahan. Untuk ini telah diambil langkah-langkah sebagai berikut :
a.       Pembentukan Dewan Pertimbangan Kepresidenan (Shu Sangi Kai).
b.      Tokoh-tokoh Indonesia diangkat sebagai penasehat di berbagai departemen.
c.       Pembentukan Dewan Pertimbangan Pusat (Chou Sangi In).
d.      Pengangkatan orang-orang Indonesia ke dalam pemerintahan dan organisme resmi lainya.                  
Sebagai tindak lanjut dari rencana tersebut, maka pada tanggal 5 September 1943, Saiko Shikikan (Kumaikici Harada) mengeluarkan Osamu Seire No. 36 dan 37 tentang pembentukan chou sangi in dan chou sangi kai. Hal yang boleh dibahas dalam chou sangi in antara lain :
a.     Pengembangan pemerintahan militer.
b.    Mempertinggi derajat rakyat.
c.     Pendidikan dan penerangan.
d.    Industri dan ekonomi.
e.     Kemakmuran dan bantuan sosial.
f.      Kesehatan.
Pada sidang Chou Sangi In, tanggal 17 Oktober 1943 dilantik secara resmi, ketua Chou Sangi In, yakni Soekarno dan 2 orang wakil ketua, yakni R.M.A.A. Kusumo Utoyo dan Dr. Buntara Bartoatmojo. Pada tanggal 15 November 1943, delegasi Chou Sangi In yang terdiri dari Ir. Soekarno, Moh. Hatta, dan Bagus Hadikusumo, diundang ke Jepang. Pada saat pertemuan dangan PM Tojo, delegasi Chou Sangi In minta agar Indonesia diizinkan mengibarkan bendera Sang Merah Putih dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, serta mendesak agar Indonesia disatukan dalam satu pemerintahan. Permintaan ini ditolak oleh PM Tojo. Dalam tahun 1944 Jepang makin terdesak di dalam perang Asia Timur Raya. Kemunduran-kemunduran pasukan Jepang dan masalah-masalah yang dihadapi menyebabkan jatuhnya kabinet Tojo. Dari segi perjuangan untuk mencapai kemerdekaan keberadaan Chou Sangi In tidak banyak berarti. Akan tetapi adanya badan itu semakin menambah wawasan dan pengalaman bagi para anggota. Hal ini penting, karena para anggota Chou Sangi In umumnya adalah para pejuang nasionalis yang bercita-cita mencapai kemerdekaan.
 2. Janji Koiso
       Pada awalnya pasukan Jepang banyak mendapatkan kemenangan dalam pertempuran. Namun saat Jepang ingin menguasai Australia, Sekutu berhasil mengalahkan Jepang dalam pertempuran di Laut Karang pada tanggal 7 Mei 1942. Setelah pertempuran itu kedudukan Jepang di Indonesia mulai terancam, dan Jepang berusaha memikat rakyat Indonesia. Sebagai buktinya Jepang membentuk beberapa militer, seperti Heik Peta, Seinendan, Keibodan, dan Fujinkai. Ternyata situasi pasukan Jepang semakin memburuk pada bulan Juli – Agustus 1944. Hal ini menyebabkan jatuhnya kabinet Tojo pada tanggal 17 juli 1944 dan sebagai gantinya kemudian diangkat Jendral Kuniaki Koiso sebagai perdana menteri yang memimpin kabinet baru (kabinet Koiso). Agar rakyat Indonesia bersedia membantu Jepang dalam perang Pasifik, pada tanggal 7 September 1944 perdana menteri jepang Kuniaki Koiso dalam sidang parlemen Jepang (Teikoku Gikei) ke-85 di Tokyo mengumumkan bahwa, daerah Hindia Timur(Indonesia) diperkenankan merdeka kelak dikemudian hari. Janji ini dikenal sebagai Janji Koiso.


3. BPUPKI
            Jepang benar-benar terancam dalam perangnya melawan Sekutu, maka pada tanggal 1 Maret 1945, Jendral Kumiaki Harada mengumumkan pembentukan Dokuritsu Junbi Cosakai, atau Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pengurus BPUPKI terdiri dari seorang Kaico (ketua), 2 orang Fuku Kaico (ketua muda), dan 60 orang anggota. Pengurus BPUPKI diresmikan pada tanggal 29 April 1945. Jepang menunjuk Radjiman Wediodiningrat sebagai ketua, semantara wakil ketua, yakni Ichi Bangasae yang sekaligus sebagai kepala badan perundingan dan RP.Soeroso yang sekaligus sebagai kepala sekretariat yang dibantu oleh Toyohito Masuda dan Mr.Ag.Pringgodigdo. BPUPKI diresmikan pada tanggal 28 Mei 1945, dan peresmian ini dilakukan pengibaran bendera Hinomaru lalu disusul pengibaran bendera Merah Putih. Maksud dan tujuan dibentuknya BPUPKI adalah untuk mempelajari dan menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengan pembentukan negara Indonesia.
¨ Sidang-Sidang BPUPKI
a. Sidang I
Sebagai realisasi pelaksanaan tugas, BPUPKI kemudian mengadakan dua kali sidang. Sidang BPUPKI satu diadakan pada tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945. Kemudian                                    
sidang BPUPKI II diadakan pada tanggal 10 – 16 Juli 1945. Sidang-sidang BPUPKI itu untuk merumuskan UUD Negara. Sidang pertama membahas Dasar Negara. Pada saat diadakannya sidang Radjiman Widyodiningrat meminta pandangan dari para anggota mengenai Dasar Negara. Dari sekian pembicara, ada tiga tokoh yang pandangannya paling dipertimbangkan, mereka adalah: Muh. Yamin, Prof. Dr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Berikut adalah pendapat para tokoh tersebut:
· Pada sidang tanggal 29 Mei 1945, Muh. Yamin mengajukan 5 Rancangan Dasar Negara Indonesia merdeka yang disebutnya Lima Asas Dasar Negara Kebangsaan Indonesia, yaitu :
1. Peri Kebangsaan.
2. Peri Kemanusiaan.
3. Peri Ketuhanan.
4. Peri Kerakyatan.
5. Peri Kesejahteraan Rakyat.





· Pada tanggal 31 Mei 1945 Prof. Dr. Soepomo mengajukan lima rancangan dasar negara Indonesia merdeka, yaitu :
1. Persatuan.
2. Kekeluargaan.
3. Mufakat dan Demokrasi.
4. Musyawarah.
5. Keadilan Sosial.
· Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno mengajukan lima asas yang disebut dengan pPncasila, yaitu :
1. Kebangsaan Indonesia.
2. Internasionalisme atau Kemanusiaan.
3. Mufakat atau Demokrasi.
4. Kesejahteraan Sosial.
5. Ketuhanan Yang Maha Esa.
Untuk menindak lanjuti usulan-usulan dari sidang, BPUPKI membentuk panitia kecil yang disebut Panitia Sembilan. Anggota Panitia Sembilan, yaitu :
1. Ir. Soekarno.
2. Drs. Moh. Hatta.
3. Mr. Mohamad Yamin.
4. Mr. Ahmad Subardjo.
5. Mr. A.A Maramis.
6. Abdul Kadir Muzakir.
7. Kh. Wachid Hasyim.
8. H. Agus Salim.
9. Abikusno Tjokrosujoso.


Pada tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan melahirkan rumusan yang terkenal dangan nama Piagam Jakarta (Jakarta Charter). Berikut ini isi Piagam Jakarta :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat-syariat Islam bagi    
    para pemeluknya.        
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
atau perwakilan.


b. Sidang II
Sidang BPUPKI yang ke-II dilaksanakan tanggal 10-16 Juli 1945 membahas tentang Dasar Negara yang termuat dalam Piagam Jakarta. Untuk itu BPUPKI membentuk panitia kecil beranggotakan 19 orang yang bernama Panitia Perancang UUD, yang diketahui oleh Ir. Soekarno. Panitia kecil ini dipimpin oleh Mr. Soepomo. pada rapat tanggal 11 Juli 1945. Panitia Perancang UUD secara bulat menerima Piagam Jakarta sebagai isi pembukaan UUD. Dalam sidang tanggal 14 Juli 1945, BPUPKI melanjutkan sidang untuk menerima laporan dari Panitia Perancang UUD, yaitu :
a. Pernyataan Indonesia Merdeka.
b. Pembukaan UUD.
c. Batang tubuh UUD.
Sidang menyetujui tugas laporan  dari Paniti Perancang UUD yang dilaporkan oleh Ir. Soekarno. Setelah tugas BPUPKI dipandang selesai, BPUPKI dibubarkan pada tanggal 7 Agustus 1945 dan digantikan dengan PPKI.

3.PPKI
Jepang semakin mengalami kemunduran dalam perang Asia Timur Raya. Pada tanggal 6 Agustus 1945, kota Hirosima dibom atom oleh Amerika Serikat. Menghadapi situasi ini, Jendral Tarauchi menyetujui pembentukan Dokuritsu Junbi Inkai atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Persetujuan ini terjadi pada tanggal 7 Agustus 1945. Anggota PPKI berjumlah 21 orang Indonesia yang mewakili berbagai daerah di Indonesia. PPKI diketuai oleh Ir. Soekarno dan wakilnya Drs.Moh. Hatta, sedangkan penasehatnya adalah Mr. Ahmad Soebardjo. Untuk kepentingan peresmian dan pelantikan PPKI, Jendral Tarauchi, pada tanggal 9 Agustus 1945 memanggil Ir. Soekarno, Drs.Moh. Hatta, dan Radjiman Widyodiningrat untuk pergi ke Dalat (Vietnam). Di Dalat, Jendral Tarauchi menyampaikan bahwa pemerintah kemaharajaan Jepang memutuskan untuk menyerahkan kemerdekaan kepada Indonesia. Untuk melaksanakannya telah dibentuk PPKI. Selama masa tugasnya PPKI mengadakan sidang sebanyak tiga kali, yaitu :
v Sidang PPKI I tanggal 18 Agustus 1945 :
a. Mengesahkan Rancangan UUD sebagai UUD Negara RI.
b. Memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil.
c. Untuk sementara waktu presiden dibantu oleh Komite Nasional Indonesia.
v  Sidang PPKI II tanggal 19 Agustus 1945 :
a. Menetapkan wilayah Indonesia menjadi 8 provinsi dan menunjuk
 gubernurnya.
b. Menetapkan 13 kementrian.
c. Mengusulkan dibentuknya tentara kebangsaan.
d. Pembentukan Komite Nasional di setiap Provinsi.
v  Sidang PPKI III tanggal 22 Agustus 1945 :
a. Dibentuknya Komite Nasional.
b. Dibentuknya Partai Nasional Indonesia.
c. Dibentuknya Badan Keamanan Rakyat.
PPKI telah selesai melaksanakan tugasnya pada tanggal 22 Agustus 1945, namun PPKI baru dibubarkan pada tanggal 29 Agustus 1945 bersamaan dengan pelantikan anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
B. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
I. Peristiwa Rengasdengklok
Menyerahnya Jepang kepada Sekutu memunculkan perbedaan pendapat di antara tokoh pejuang Indonesia. Golongan muda segera menemui Bung Karno dan Bung Hatta di Jln. Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Golongan muda mendesak agar Indonesia segera memproklamasikan kemerdekaan. Namun, Bung Karno dan Bung Hatta sependapat bahwa mereka tidak dapat memproklamasikan kemerdekaan tanpa mermusyawarah dengan PPKI. Kekalahan Jepang ternyata tidak lantas memunculkan kesamaan pandangan nasib Indonesia. Justru memunculkan perbedaan pendapat antara golongan tua dan muda. Golongan tua memiliki kecendrungan untuk menyesuaikan diri dengan janji Jepang dalam kemerdekaan Indonesia. Sementara itu kaum muda menghendaki kemerdekaan dilaksanakan secepatnya. Akibat perbedaan pendapat tersebut, maka pada tanggal 16 Agustus 1945 Bung Karno dan Bung Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang. Tujuanya untuk mengamankan kedua tokoh pemimpin tersebut agar tidak mendapat pengaruh dari Jepang. Sementara itu di Jakarta terjadi perundingan antara para pemuda dengan Mr. Ahmad Subardjo untuk membawa kembali Soekarno-Hatta ke Jakarta. Mr. Ahmad Subardjo memberi jaminan kapada kaum muda bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia akan dilakukan pada tanggal 17 Agustus 1945. Subeno sebagai Kompi tentara PETA bersedia melepas Soekarno-Hatta dan langsung kembali ke Jakarta.
II. Kronologi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
1. Perumusan Teks Proklamasi
Rombongan Soekarno-Hatta tiba di Jakarta pada tanggal 16 Agustus 1945 sekitar pukul 23.30. Mereka kemudian berkumpul di Jalan Imam Bonjol No.1 di rumah Laksamana Muda Maeda. Dalam pertemuan di rumah Laksamana Muda Maeda, disepakati agar Soekarno-Hatta menemui Mayor Jendral Nishimura yang menjabat sebagai kepala pemerintahan umum angkatan darat Jepang, untuk menjajaki sikap resmi Jepang terhadap rencana proklamasi kemerdekaan Indonesia. Ternyata Nishimura tetap memegang teguh tugasnya menjaga status Qua di Indonesia, dengan dengan pengertian tidak melakukan perubahan apapun. Akhirnya Soekarno-Hatta kembali ke rumah Muda Maeda dan mengadakan partemuan dengan hasil keputusan Proklamasi Kemerdekaan akan tetap dilaksanakan tanpa persetujuan jepang. Perumusan naskah Proklamasi selanjutnya disusun oleh Ir. Soekarno, Drs.Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Subardjo. Mr. Ahmad Subardjo menulis teks Proklamasi yang terdiri dari 2 kalimat yang berbunyi “kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia”. Drs.Moh. Hatta menyempurnakan dengan kalimat “hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara saksama dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”. Teks Proklamasi yang telah selesai diserahkan kapada Sayuti Melik untuk diketik, dengan beberapa perubahan dari hasil tulisan tangan Soekarno sebagai konsep, yaitu :
1. Kata “tempoh” diubah menjadi “tempo”.
2. Kata “wakil-wakil bangsa Indonesia” diubah menjadi “atas nama bangsa
  Indonesia”.
3. Tulisan “Djakarta, 17-8-05” diubah menjadi “Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen
    05”.
Naskah Proklamasi yang diketik oleh Sayuti Melik inilah yang dianggap naskah yang otentik.









Berikut adalah teks proklamasi yang diketik oleh Sayuti Melik:
                                           PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekuasaan d.l.l.,diselenggarakan
dengan tjara   seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia

Soekarno/Hatta

2. Detik-detik menjelang Proklamasi
Pembacaan teks Proklamasi kemerdekaan diselenggarakan di rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta. Demi keamanan saat pelaksanaan pembacaan Proklamasi Kemerdekaan, maka dikerahkan pasukan PETA di bawah pimpinan Shodanco Latief Hendraningrat dan Arifin Abdurahman. Setelah setelah semua pihak yang dianggap berkepentingan datang, maka proses Proklamasi pun dilaksanakan. Hari jum’at tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00, Ir. Soekarno didampingi oleh Drs.Moh. Hatta memproklamasikan kamerdekaan Indonesia. Peristiwa itu terjadi di Jalan Pegangsaan Timur No.56 Jakarta. Setelah pembacaan teks Proklamasi, dilaksanakan pengibaran bendera Merah Putih oleh S. Suhud dan Latief  Hendraningrat, dengan diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya ciptaan Wr. Supratman. Kemudian dilanjutkan oleh sambutan dari walikota  Suwirjo dan Murwardi.
III. Proses Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan
Meskipun hanya berlangsung singkat, namun peristiwa proklamasi kemerdekaan mengandung arti yang sangat penting dan membawa perubahan yang sangat besar dalam kehidupan bangsa Indonesia, yaitu :
1. Proklamasi merupakan puncak perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai     
    kemerdekaan.
2. Dengan Proklamasi berarti bangsa Indonesia mendapat kebebasan untuk menentukan    
    nasibnya sendiri sebagai bangsa yang berdaulat.
3. Proklamasi merupakan jembatan emas untuk menuju masyarakat yang adil dan makmur.
          ·          Proses Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan
Pada tanggal 17 Agustus 1945, teks Proklamasi kemerdekaan telah sampai ke tangan Waidan B. Palenewen. Ia adalah kepala bagian radio kantor Domei. Sekitar pukul 18.30 WIB, wartawan Domei yang bernama Syarifudin berhasil masuk ke gedung siaran radio Hoso Kanzi Kyoko (KRI), untuk menyampaikan teks Proklamasi. Penyiaran Proklamasi kemerdekaan menyebabkan stasiun radio ditutup oleh Jepang. Meskipun demikian, para pemuda tetap bertekad menyiarkan berita Proklamasi kemerdekaan. Mereka menciptakan pemancar baru di Menteng 31. Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia juga disebarluaskan melalui media surat kabar / pers. “Harian Suara Asia” di Surabaya adalah koran pertama yang menyiarkan Proklamasi. Para pejuang yang berjuang lewat pers antara lain, BM Diah, Sukarjo Wiryopranoto, Iwa Kusumo Sumantri, Ki Hajar Dewantoro, Otto Iskandar Dinata, dll. Usaha-usaha lain untuk menyebarkan kemerdekaan berita Proklamasi adalah melalui penyebaran dan pemasangan pamlet, plakat, poster, dan coret-coretan pada tembok. Dengan demikian dalam waktu yang tidak lama berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia segera tersebar ke seluruh Indonesia dan ke luar negeri.
IV. Proses Pembentukan Negara dan Pemerintahan Indonesia
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, merupakan langkah awal mewujudkan cita-cita kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Hal ini dimaksudkan untuk menata tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan rapat pleno yang membahas penetapan alat kelengkapan bernegara.
 Ø Sidang pertama PPKI tersebut dilaksanakan di Jalan Pejabon, Jakarta. Hasil rapat ini menghasilkan keputusan penting sebagai syarat terbentuknya sebuah negara dan pemerintahan. Keputusan tersebut adalah :
1. Mengesahkan UUD,                      
Undang-undang dasar ini merupakan hasil dari BPUPKI 10-16 Juli 1945, yang masih berupa Rancangan UUD. Dalam sidang PPKI tanggal  18 Agustus 1945 diadakan beberapa perubahan, yaitiu :
a.       Sila pertama Pancasila menyatakan bahwa “berdasarkan kepada Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat bagi pemeluk-pemeluknya”, diubah menjadi “berdasarkan kepada Ketuhanan YME.”
b.      Bab III pasal 6 menyatakan bahwa “Presiden ialah orang Indonesia asli yang beragama Islam”, diubah menjadi “Presiden ialah orang Indonesia asli.”

2. Memilih Presiden dan Wakil Presiden,
Dalam sidang PPKI, Otto Iskandardinata mengusulkan pada sidang agar pemilihan presiden dan wakil presiden dilakukan secara aklamasi. Ia mengajukan calon Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta, semua anggota sidang menerima secara aklamasi.
3. Sementara Waktu Presiden dibantu oleh Komite Nasional
Ø Sehari setelah sidang pertama, PPKI pada tanggal 19 Agustus 1945 mengadakan rapat pleno kedua. Keputusan yang dihasilkan saat itu, antara lain sebagai berikut :
1. Menetapkan Susunan Kementrian :
Hasil rapat dari panitia kecil yang terdidri dari Ahmad Subardjo, Kasman Singodimedjo, dan Sutardjo Kartohadikusumo tentang susunan kementrian akhirnya dibahas dalam rapat pleno kedua. Rapat pleno berhasil menyusun kementrian kabinet presidensil dengan 12 menteri yang memimpin departemen dan 4 menteri negara. Hanya berselah sekitar 3 bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan tatanan pemerintahan berubah dari Presidensil menuju Parlementer. Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang semula berfungsi sebagai pembantu presiden, namun sejak tanggal 16 Oktober 1945 berfungsi sebagai badan Legislatif. Perubahan yang ditandai dengan keluarnya maklumat pemerintah pada tanggal 3 November dan maklumat presiden bernomor X yang menjelaskan tentang pendiria partai politik.
2. Menetapkan Pembagian Wilayah Propinsi
Wilayah Indonesia berdasarkan hasil sidang  kedua PPKI, tanggal 19 Agustus 1945 ditetapkan menjadi 8 Propinsi setiap Propinsi diketuai seorang gubernur.
Delapan Propinsi yang dibentuk yakni :
NO
PROPINSI
GUBERNUR
1
Sumatra
Teuku Muhammad Hasan
2
Jawa Barat
Sutarjo Kartohadikusumo
3
Jawa Tengah
R. Panji Soeroso
4
Jawa Timur
R.A. Soerjo
5
Sunda Kecil
I Gusti Ketut Pudja
  6
Maluku
J. Latuhar Hary
7
Sulawesi
Dr.G.S.S.J Ratulangi
8
Kalimantan
Ir. Pangeran Mohammad Noor

  

Ø Dalam sidang PPKI yang ke tiga tanggal 22 Agustus 1945 dibentuk tiga badan, yaitu :
1. Komite Nasional Indonesia (KNI),
Tanggal 22 Agustus 1945, PPKI mengadakan rapat pleno dipimpin oleh wakil presiden Moh. Hatta. Salah satu hasil rapat pleno, yakni terbentuknya Komite Nasional Indonesia (KNI) di seluruh Indonesia dan berpusat di Jakarta. Komite Nasional Indonesia (KNI) diresmikan pada tanggal 29 Agustus 1945. KNIP berfungsi sebagai DPR sebelum pemilu diselenggarakan. KNI terbagi dua, pada tingkat pusat disebut KNIP, dan pada tingkat daerah disebut KNID. KNIP diketuai oleh Kasman Singodimedjo.
2. Partai Nasional (PNI), merupakan satu-satunya partai di Indonesia.
3. Badan Keamanan Rakyat,
Pada tanggal 23 Agustus 1945, presiden Soekarno menyampaikan pidato radionya yang menyatakan berdirinya BKR, PNI, dan KNIP. BKR ditugaskan untuk memelihara keselamatan dan keamanan rakyat. Anggota BKR terdiri dari : Bekas BKR, KNIL, HEIHO, SANENDAN, KEIBODAN, dan KEISATSUTA. Keberadaan BKR ternyata tidak mampu memberikan rasa keamanan dan keselamatan sepenuhnya bagi rakyat. Pada tanggal 5 Oktober 1945, pemerintah RI mengeluarkan maklumat tentang pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada tanggal 5 Oktober 1945. Pemimpin tertinggi TKR ialah Supriyadi (pemimpin pemberontakan PETA di Blitar), dan kepala staf umum ialah Oerip Soemohardjo. Berhubung Supriyady tidak diketahui keberadaannya, maka jabatan pemimpin tertinggi TKR kosong. Pada bulan November 1945 diselenggarakan konferensi TKR yang dihadiri oleh wakil-wakil TKR. Akhirnya terpilih kolonel Soedirman, Panglima Divisi V / Bayumas, yang pada saat itu bertempur di Ambarawa. Sesudah diangkatnya Soedirman sebagai Panglima Besar TKR, pada tanggal 1 Januari 1946 Tentara Keamanan Rakyat diubah manjadi Tentara Keselamatan Rakyat tanggal 26 Januari 1946 TKR diubah menjadi Tentera Republik Indonesia (TRI). Pada tannggal 3 Juni 1947 dikeluarkan penetapan presiden, yaitu : TRI, badan perjuangan dan laskar-laskar disatukan dalam  organisasi yang disebut Tentara Nasional Indonesia (TNI), maka pada tanggal 3 Juni 1947 disahkan berdirinya TNI.
C. Dukungan Rakyat Terhadap Proklamasi Kemerdekaan dan Tindakan-tindakan Heroik
  
I. Rapat Raksasa di Lapangan Ikada
Atas prakarsa Komite Van Aksi rakyat Jakarta akhirnya mengadakan Rapat raksasa di Lapangan Ikada tanggal 19 September 1945. Tapi, karena penjagaan tentara Jepang sangat ketat, maka rapat hanya berlangsung singkat. Kegiatan yang dipelopori oleh para pemuda yang tergabung dalam Komite Van Aksi itu bertujuan untuk mendengarkan pidato politik Ir. Soekarno sekaligus mamberikan dukungan terhadap kemerdekaan Indonesia.
Inti dari pidato Presiden Soekarno dalam Rapat di Lapangan Ikada antara lain :
1.      Meminta dukungan dan kepercayaan rakyat terhadap pemerintahan Republik Indonesia.
2.      Meminta rakyat untuk mematuhi kebijakan-kebijakan pemerintah dangan disiplin.
3.      Memerintahkan rakyat segera meninggalkan Lapangan Ikada dengan tertib dan tidak melakukan hal-hal yang bersifat merusak maupun menimbulkan bentrokan dengan pihak Jepang.
II. Dukungan Sri Sultan Hamengku Buwono IX
Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII dari Yogyakarta merupakan tokoh pertama yang memberi ucapan selamat atas terselenggaranya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 5 September 1945, di Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono IX menyatakan dukungan terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Adapun isi dari pernyataannya adalah :
1.      Kesultanan Yogyakarta adalah Kerajaan yang merupakan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di wilayah Negara Republik Indonesia.
2.      Sri Sultan Hamengku Buwoni IX sebagai kepala daerah memegang kekuasaan pemerintahan di Daerah Kesultanan Yogyakarta.
3.      Kesultanan Yogyakarta mempunyai hubungan langsung dengan pemerintah pusat Republik Indonesia.


III. Dukungan Rakyat Dari Berbagai Daerah
Bentuk nyata perjuangan dan dukungan rakyat terhadap kemerdekaan Indonesia di uji dengan kedatangan pasukan Sekutu yang bernama AFNEI (Allied Forces Netherlands Indies). Kedatangan pasukan AFNEI ke Indonesia ternyata diboncengi pasukan NICA Belanda yang mempunyai keinginan untuk menduduki kembali Indonesia. Akibatnya terjadi pertempuran antar rakyat Indonesia dengan pihak Sekutu maupun NICA Belanda. Sementara di pihak lain, rakyat Indonesia tidak mau kehormatan negara dan bangsanya yang sudah merdeka diinjak-injak kembali oleh bangsa asing.
Ø    Dukungan Rakyat di Jakarta
Antara tanggal 3-11 September 1945, pemuda di Jakarta mengambil alih kekuasaan atas sistem kereta api, trem listrik, dan stasiun pemancar radio tanpa mendapat perlawanan dari Jepang. Gerakan pertama yang dilakukan Angkatan Muda Kepolisian RI dengan semua kantor dan asrama polisi dari kepolisian Jepang.
Ø  Dukungan Rakuat di Jawa Barat
Di Bandung teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia disiarkan  secara luas oleh radio Hoso Kyuko. Bahkan teks Proklamasi Kemerdekaan juga disiarkan dalam bahasa Inggris sehingga diketahui oleh orang-orang asing yang tinggal di Bandung dan kota-kota lainnya di Jawa Barat. Radio Hoso Kyuko di Bandung dalam siarannya menggunakan nama radio Republik Indonesia Bandung.
Setelah ditetapkan sebagai gubernur Jawa Barat, Sutardjo Kartohadikusumo segera membentuk pemerintahan nasional. Bersama R. Puradireja dan Otto Iskandardinata, segera membentuk Komite Nasional Indonesia Daerah dan Badan Keamanan Rakyat. Sebagai bangsa yang baru merdeka dan terancam oleh kekuatan asing, maka rakyat Jawa Barat segera membentuk barisan-barisan kelaskaran dengan berbagai nama, antara lain Hisbullah, Barisan Merah Putih, Barisan Benteng Republik Indonesia, dan Laskar Wanita Indonesia. Sementara, pasukan Sekutu sibik melucuti tentara Jepang, pasukan Belanda dan NICA sibuk pula menyusun pemerintahan kolonialnya.
Ø  Dukungan Rakyat di Sulawesi
Di Sulawesi, gubernur Propinsi Sulawesi, Dr. G.S.S.J. Sam Ratulangi mendapat tugas untuk menyusun pemerintahan dan menyampaikan berita Proklamasi ke seluruh Sulawesi. Rakyat Sulawesi setelah mendengar berita Proklamasi Kemerdekaan RI, segera membentuk barisan-barisan perjuangan, antara lain Pembela Keamanan Rakyat, Gerakan Pemuda Merah Putih. Pertempuran antara pejuang-pejuang Kemerdekaan dan pasukan Belanda. Pembunuhan massal terjadi di mana-mana, keadaan ini mendorong para pemuda asal Sulawesi yang beradu di pulau Jawa kembali ke Sulawesi untuk membantu pergerakan setempat dalam pempertahankan kemerdekaan dan memulihkan ketentraman di Sulawesi.
Ø  Dukungan Rakyat di Jawa Timur
Di Jawa Timur, gubernur Surjo segera membentuk Komite Nasional Indonesia. Para tokoh KNI daerah Surabaya kemudian membentuk pemerintahan daerah dan Badan Keamanan Rakyat. Pembentukan pemerintahan daerah menimbulkan sengketa dengan pihak Jepang. Akibatnya pertumpahan darah antara Jepang  dan arek-arek Suroboyo yang berusaha merebut persenjataan jepang tidak terhindarkan. Pada tanggal 25 Oktober 1945, dua perwira utusan Brigjen Mallaby menemui menemui gubernur Surojo. Mereka memaksa gubernur menghadap ke kapal perang Sekutu yang saat itu berlabuh di pelabuhan Tanjung Perak. Perintah ini ditiolak dengan tegas. Penolakan ini ternyata berkelanjutan dengan pendaratan pasukan Sekutu  dan Belanda dengan maksud untuk merebut kekuasaan di kota Surabaya.
Ø  Dukungan Rakyat di Sumatra
Pada tanggal 19 Agustus 1945 sebelumnya Mr. Teuku Mohammad Hasan dilantik sebagai gubernur Propinsi sumatra dengan tugas membentuk Komite Nasional di daerah-daerah. Oleh sebab itu, ia mengundang tokoh-tokoh masyarakat yang ada di Medan untuk bermusyawarah. Sementara itu, masyarakat Sumatra terutama para pemuda segera mengadakan pertemuan di Jalan Fuji Dori No.6 (sekarang Jalan Imam Bonjol). Pertemuan di Fuji Dori itu kemudian dilanjutkan dengan pertemuan di Jalan Ampelas. Di tempat itu, para pemuda dan pemuka masyarakat mengikrarkan Proklamsi Kemerdekaan RI. Dukungan rakyat Medan terhadap pembentukan negara dan pemerintahan RI ditunjukkan dengan pengibaran bendera Merah Putih di Lapangan Esplanade (Lapangan Merdeka). Sekitar Bulan Oktober sampai Desember 1945, Sumatra Utara diliputi gejolak suasana perjuangan dalam rangka pengambilalihan persenjataan dari tangan Jepang. Akibat dari situasi inilah terjadinya pertumpahan darah di berbagai tempat.
Di Aceh, Teuku Nyak Arief memanggil sejumlah perwira Gyugun dan meminta membentuk tentara di seluruh Aceh. Setelah mengadakan beberapa kali pertemuan, pada tanggal 27 Agustus 1945, terbentuklah Angkatan Pemuda Indonesia (API). Setelah diresmikan pada tanggal 12 Oktober 1945, API mengeluarkan seruan yang isinya, antara lain:
a)      API akan menjadi dasar pembentukan Tentara Republik Indonesia.
b)      API siap untuk mempertahankan Kemerdekaan RI.
c)      API akan menjaga keamanan dan ketertiban umum.
Untuk itu, API menghimbau semua pihak untuk bahu membahu berkorban untuk bangsa dan negara. Menghadapi seruan API, pihak Jepang lalu mengundang sejumlah pemuka Aceh untuk membicarakan masalah tanggung jawab pemerintahan di Aceh menyusul kapitulasi Jepang pada Sekutu. Penguasa Jepang meminta agar rakyat Aceh tidak melakukan kegiatan apapun. Menanggapi hal itu, pimpinan API mengatakan, karena Indonesia telah merdeka, maka rakyat hanya mau tunduk terhadap Presiden RI, seperti halnya Jepang tunduk kepada Tenno Heika. Akibatnya pertemuan tersebut bubar tanpa hasil.
Ø  Dukungan Rakyat di Bali
Setelah mendengar berita Proklamasi Kemerdekaan, para pemuda segera menyebarluaskan berita tersebut dan mengibarkan Bendera Merah Putih. Sesuai dengan maklumat pemerintah RI tanggal 5 Oktober, di bentuklah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang berkedudukan di Denpasar. Pada saat itu persenjataan TKR sangat terbatas sehingga diadakan perundingan dengan pihak Jepang untuk memberikan senjatanya kepada pihak TKR. Permintaan ini ditolak, sehingga diputuskan menyerang semua daidan dari Jepang. Pada tanggal 13 Desember 1945, TKR Sunda Kecil melakukan serangan, tetapi dapat dipukul mundur oleh pihak Jepang. Kegagalan ini tidak membuat TKR Sunda Kecil putus harapan, dalam pertemuan diputuskan untuk mengirim utusan ke Jawa untuk meminta bantuan senjata dan mengadakan konsolidasi TKR di Bali.



Ø  Dukungan Rakyat di Maluku
Di Maluku, Proklamasi Kemerdekaan RI disambut oleh rakyat Maluku dengan semangat juang yang membara. Pejuang-pejung dan pemuda Maluku yang berada di Pulau Jawa mengorganisasi suatu ekspedisi kembali ke Maluku untuk menegakkan Proklamasi 17 Agustus 1945. Ekspedisi yang dikenal  dengan nama “Ekspedisi Merah Putih”. Rombongan ekspedisi mendarat di Pulau Baru. Di sana mereka menggerakkan perlawanan rakyat dan mengibarkan sang Merah Putih.
Sementara itu di kota Ambon, berita Proklamasi Kemerdekaan RI disambut oleh tokoh-tokoh pergerakan dan pemuda dengan membentuk wadah-wadah perjuangan. Tokoh PIM lainnya, Wim Peawaru segera membentuk laskar rakyat yang terdiri dari anggota-anggota PIM. Keadaan pejuang dari pulau Jawa, seperti M. Ruhupatti, ikut pula meningkatkan semangat perjuangan mempertahankan kemerdekaan, sehingga di seleruh daerah maluku bangkit pejuang-pejuang bangsa.
IV. Tindakan-tindakan Heroik
Tindakan heroik diambil oleh bangsa Indonesia sesuai dengan perintah Proklamasi, secara spontan rakyat Indonesia mengadakan tindakan mengambil alih kekuasaan dari tangan Jepang, baik secara damai maupun kontak senjata. Tujuan bangsa indonesia melucuti Jepang adalah, sebagai berikut :
a)      Untuk mendapatkan senjata sebagai modal perjuangan selanjutnya.
b)      Untuk mencegah agar senjata Jepang tidak jatuh ketangan Sekutu.
c)      Untuk mencegah agar senjata jepang tidak digunakan Jepang untuk membunuh rakyat.
Adapun berbagai tindakan heroik dalam mendukung Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, adalah sebagai berikut :
a.       Di Jakarta, para pemuda menyerbu gudang senjata milik Jepang.
b.      Di Bandung, para pemuda berhasil merebut sembilan buah panser Jepang dan merampas senjata di gudang dan pabrik milik Jepang.
c.       Di Bogor, para pemuda melucuti Jepang.
d.      Di Surabaya, tanggal 9 September 1945 tentara NICA menurunkan bendera Merah Putih, dan diganti dengan bendera Belanda di Hotel Yamato. Sehingga, para pemuda menurunkan bendera dengan merobek warna biru kemudian dikibarkan kembali.
e.       Di Yogyakarta, rakyat memaksa pihak Jepang menyerahkan semua kantor kepada orang Indonesia.
f.        Di Semarang, terjadi pertempuran Lima Hari yang terjadi pada tanggal 14-19 Oktober 1945.
g.       Pertempuran Krueng Panjo di Aceh, tanggal 24 November 1945.
h.       Perebutan pangkalan udara Bugis (sekarang Abdul Rahman Saleh di Malang) pada tanggal 18 September 1945.
i.         Pertempuran Cibadak, tanggal 9 Desember 1948.


BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Setelah membuat karya tulis ilmiah ini kami mendapat kesimpulan bahwa, perjuangan bangsa indonesia untuk mencapai suatu kemerdekaan telah melalui proses yang sangat panjang. Perjuangan rakyat indonesia untuk mencapai suatu kemerdekaan dimulai dari proses merumuskan undang-undang dasar negara, hingga akhirnya bangsa indonesia menproklamasikan kemerdekaan negara indonesia. Puncak perjuangan bangsa indonesia terjadi pada 17 agustus 1945, dimana bangsa indonesia memproklamasikan diri sebagai bangsa merdeka yang membuktikan bahwa sejak itu bangsa indonesia bebas dari jajahan bangsa-bangsa penjajah. setelah bangsa indonesia memproklamasikan kemerdekaan, proses penyebaran berita proklamasi kemerdekaan dilakukan melalui berbagai radio maupun surat kabar, proses penyebaran berita proklamasi sangat cepat hingga ke seluruh penjuru dunia. Sehingga kemerdekaan bangsa indonesia terdengar ke telinga bangsa belanda. Namun, belanda ternyata tidak menginginkan bangsa indonesia merdeka. Mereka berusaha untuk kembali menjajah bangsa indonesia. Mereka memboncengi tentara sekutu yang datang untuk melucuti tentara jepang. Sehingga, terjadilahr perlawanan yang dilakukan rakyat terhadap belanda dan sekutu di berbagai daerah. Karena, sudah puluhan bahkan ratusan tahun bangsa indonesia berjuang untuk mencapai kemerdekaan, dan akhirnya kemerdekaan yang dicita-citakan dapat diwujudkan. Namun, baru saja kita menikmati kemerdekaan yang telah kita peroleh sudah mau direbut oleh bangsa lain, maka dari itu bangsa indonesia ingin mempertahankan kemerdekaan NKRI.     








3.2 Saran-saran
Sekarang ini kita hidup di zaman kemerdekaan. Hidup di zaman kemerdekaan artinya tidak lagi dijajah oleh bangsa asing. Kemerdekaan yang kita nikmati ini adalah hasil dari perjuangan para tokoh bangsa. Karena, kemerdekaan tidaklah datang dengan sendirinya, tetapi kemerdekaan memerlukan perjuangan yang keras dan panjang. Adapun, jasa para tokoh pahlawan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, itu semua harus kita hormati dan kita hargai. Dengan cara, kita harus selalu ikut serta dalam kegiatan hari-hari besar pahlawan dan mendoakan agar para pahlawan diterima disisinya. Tanpa jasa mereka tidak mungkin kita dapat menikmati kemerdekaan seperti sekarang ini. Maka dari itu, kita sebagai generasi penerus bangsa senantiasa bisa mencontoh pengorbanan mereka, dan kita harus bisa berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Agar dikemudian hari kita tidak dijajah oleh bangsa asing lagi.















Daftar Pustaka


Derta arimbawa, suardana, sujarwa. 2012. LKS IPS Terpadu Semester Genap Kelas VIII. Denpasar: UD. Catur Wangsa Mandiri.

Nurani, Subali, Sumarwati. 2009. LKS Ilmu Pengetahuan Sosial Semester Genap Kelas V. Denpasar: CV. Dwi Jaya Mandiri.